Selasa, 25 Maret 2014

PERBANDINGAN FILSAFAT PANCASILA DENGAN FILSAFAT LAINNYA DIDUNIA





MAKALAH PANCASILA
PERBANDINGAN FILSAFAT PANCASILA DENGAN FILSAFAT LAINNYA DIDUNIA




















Disusun oleh :
1.      Hasan Asari (29113981)
2.      Heksa Anggio (23113993)
3.      Ita Nurinnayah (29113987)
4.      Trian Swidyastana (28113976)



UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM KOMPUTER
2014

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi ALLAH SWT, karena atas nikmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, makalah Pendidikan Pancasila , “Perbandingan Filsafat Pancassila Dengan Filsafat Lainya Didunia” Pancasila yang sering kita dengar atau yang sering kita ucapkan dalam kegiatan peringtan-peringatan Nasional, dan sebagainya.
Harapan kami dalam pembuatan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam pembelajaran serta mampu memberi kontribusi yang lebih baik bagi mahasiswa dan dosen. Penyusun menyadari bahwa baik isi maupun cara penyusunan makalah ini belum sempurna, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk langkah penulisan berikutnya.
Demikianlah mudah-mudahan makalah ini berguna dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.







Penyusun


                                                                                                           








Table of Contents













BAB I

PENDAHULUAN


Latar Belakang


Pancasila, menjadi dasar ideologi atau pandangan hidup untuk negara indonesia,lima dasar yang menjadi panutan untuk negara indonesia,mulai dari sila pertama sampai sila kelima semua itu adalah SOUL,SPIRIT atau jiwanya negara indonesia. Way of life itu adalah suatu selogan,atau analogi yang sangat logis yang memperkuat kedudukan pancasila . 
Pada hakekatnya pancasila sebagai suatu sistem,suatu unsur penting kristalisasi dari nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang
sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada
dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar Filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
            Mengeni hal kefilsafatan, ilmu yang mempelajari tentang kebenaran, ilmu daru segala sumbernya ilmu, semua yang kita pelajari selami ini adalah hasil dari evolusi perkembangan-perkembangan pengetahuan tentang filsafat, manusia pada dasarnya mahluk yang sangat berakal dan dan mempunyai hasrat fikiran yang sangat tinggi. Dari ketidak adaanlah semunya menjadi ada, dari tidak tahu kita menjadi tahu,berkat pengetahuanlah kita bisa hidup, dari zaman dulu sampai sekarang ilmu filsafat masih ada bahkan filsafat sama tuanya dengan usia manusia. Hal ini dimungkinkan oleh pandangan bahwa manusia adalah sejenis makhluk yang berfilsafat(animal rationale)sesuai dengan potensi rasio(akal)yang dimilikinya.
             Dengan akal manusia dapat berfikir dan memikirkan diri dan lingkunganya, dan ketika itulah prose berfilsafat dimulai.Dan untuk dapat memehami makna yang lebih klasifikasi dan mendasar, maka dibahaslah dalam makalah ini




Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka  penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1)      Apakan pengertian filsafat dan filsafat pancasila?
2)      Sejarah filsafat sebagai sumber pengetahuan?
3)      Perbandingan filsafat pancasila dengan filsafat lainya?

Tujuan

Adapun tujuan penulisa makalah ini adalah:
1)      Untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila
2)      Untuk mengetahui pengertian Filsafat dan Filsafat pancasila
3)      Untuk menjelaskan dan memberikan perbandingan Filsafat pancasila denagan Filsafat lainya
4)      Untuk menambahkan pengetahuan tentang filsafat secara mendalam
















BAB II

PEMBAHASAN


Istilah Filsafat di dalam bahasa Arab ialah “Falsafah”. Secara etimologi kata Falsafah berasal dari bahasa Yunani “philosophia”, yang terbentuk dari dua suku kata, yakni : “Philein” artinya “mencari” atau “mencintai” dan “Sophia”, artinya “kebenaran” atau “kebijaksanaan”.
Jadi kata “philosophia” kira-kira berarti “daya upaya pemikiran manusia untuk mencari kebenaran atau kebijaksanaan” (sterben nach der Weisheit). Dari istilah tersebut jelaslah bahwa orang berfilsafat ialah orang yang mencintai kebenaran atau mencari kebenaran dan bukan memiliki kebenaran. (Ismaun, 1991 : 173).
Mencari kebenaran dan tidak memiliki kebenaran itulah tujuan semua Filsafat, dan akhirnya mendekati kebenaran sebagai kesungguhan. Tetapi kebenaran yang sesungguhnya atau yang mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.
Secara sederhana setiap orang dapat berfilsafat untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi bagi seorang Filosuf, filsafat, ialah berfikir secara sungguh-sungguh sampai keakar-akarnya untuk memahami setiap hakekat dari segala sesuatu.
Dalam arti praktis, filsafat ialah alam pikiran. Berfilsafat ialah berfikir secara mendalam (radikal = radix, artinya akar; jadi sampai ke-akarnya) dengan sungguh-sungguh tentang hakekat segala sesuatu.
Ilmu filsafat merupakan induk dari ilmu-ilmu eksak. Adapun definisi tentang filsafat itu banyak sekali. Namun persamaannya yang umum dapat kita temukan juga.
Untuk sekedar mengenal beberapa definisi filsasfat, kami kutipkan beberapa definisi filsafat yang ada sebagai contoh, misalnya:

1)      PLATO (427 S.M.-348 SM). Ahli Filsafat Yunani : Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
2)      ARISTOTELES (382 S.M-322 S.M), murid Plato : Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retoriksa, etika, ekonomi. Politik, dan estatika.
3)      IMMANUEL KANT (1724-1804) ahli Filsafat Katolik : Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan :
a)      Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabanya : “matafisika”)
b)      Apakah yang seharusnya kita kerjakan ? (Jawabannya : “etika”).
c)      Sampai di manakah harapan kita ? (Jawabanya : “Agama”).
d)     Apakah yang di namakan manusia ? (Jawabannya : “Antropologi”).

4)      NOTONEGORO : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
5)      AL-FARABI, Filsuf besar muslim yang digelar sebagai “Aristotoles Kedua”,mengatakan bahwa Filsafat adalah”pengetahuan tentang yang ada menurut hakikatnya yang sebenarnya”(al-ilm bi al-mawjd bima huwa mawjud).

Pancasila pada awal pertumbuhannya merupakan dasar filsafat Negara, hasil kesepakatan dan perenungan yang kemudian dihayati sebagai filsafat hidup bangsa. Pancasila sebagai filsafat hidup merupakan seperangkat prinsip pengarahan yang di jadikan dasar dan memberikan arah untuk dicapai  dalam mengembangkan kehidupan nasional. 
Dalam mengembangkan Pancasila secara kefilsafatan yang berusaha mengemukakan hakikatnya secara manusiawi dan juga menyusunnya secara sistematik, pertama yang harus di pelajari adalah Pancasila sebagai sistem filsafat dalam membuktikannya yang utama dengan menunjukkan ciri-ciri filsafat yang diterapkan dalam Pancasila dan juga dasar untuk mengembangkan kefilsafatan Pancasila. Dasar pengembangan filsafat Pancasila ini berlandaskan pada hakikat kodrat manusia.
Dalam usaha untuk mengembangkan filsafat Pancasila, lebih lanjut penting juga di pelajari dasar-dasar pada umumnya sebagai suatu aksioma penalaran, yang mendasari semua penalaran kefilsafatan dan juga melandasi pemikiran ilmiah lainnya, yang kemudian dikemukakan juga metode-metode yang umum digunakan sebagai sarana perenungan kefilsafatan.
Selanjutnya, diuraikan juga bahwa Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa dan sebagai dasar filsafat negara, pada dasarnya merupakan sebagai ideologi bangsa dan negara, dan termasuk juga ideologi dinamik atau ideologi terbuka. Pancasila sebagai suatu ideologi terbuka penting juga di kemukakan ciri-ciri kekhususannya, untuk membuktikan dan memantapkan bahwa Pancasila memang sebagai ideologi dapat memenuhi tuntutan jaman dapat menyesuaikan perkembangan masyarakat yang terus berkembang. Ideologi yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat atau tidak menyesuaikan pemikiran para pendukungnya yang semakin maju dalam bernegara dan bermasyarakat akan di tinggalkan.
Pancasila sebagai hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia yang semula untuk merumuskan dasar negara yang merupakan suatu sistem filsafat, karena telah memenuhi ciri-ciri pokok filsafat. Demikian juga Pancasila sebagai sistem filsafat yang berlandaskan pada hakikat kodrat manusia, walaupun semula tidak terpikirkan oleh tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia tentang hakikat manusia, namun karena betul-betul perenungannya yang mendalam maka secara langsung dijiwai oleh hakikat kodrat manusia dalam hidup bersama.

 Filsafat berasal dari bahasa yunani,yaitu philosophia. Philo artinya cinta,sedangkan shopia artinya kebijaksanaan atau kebenaran. Cinta disini tidak hanya berarti menyukai,tetapi juuga memiliki. Jadi Philosophia adalah ilmu yang mempelajari kebenaran sehingga berupaya memperoleh dan memilikinya. Kata Philoshopia ini ditransformasikan kedalam beberapa bahasa dan sebutanya. Dalam bahasa arab disebut Falsafah,dan dari sini di Indonesia menjadi Falsafat atau filshafat. Dalam bahasa inggris disebut dengan philoshophy,dan bahasa latin disebut philoshopia,dan dalam bahasa Belanda dan Jerman disebut philoshophie.
       Sebutan philoshopia sendiri muncul setelah melalui proses panjang dan menimbulkan silang pandang. Ada yang mengatakan dari kata philosophein yang dikemukakan oleh Herodotus (580 SM),yang berarati Mencintai kebenaran. Ada pula yang mengatakan dari philosophos, yang dikemukakan oleh Phytagoras (480-500 SM). Kedua ungkapan itu mempunyai kaitan erat diantara satu dengan lainya. Philosophein adalah kata benda dari penguasaan terhadap ilmu teoritis secara sistematis







Filsafat Yunani


A.  Pendahulan
Kajian mengenai filsafat tentulah bukan milik progratif orang Yunani namum karna bangsa inilah yang mengkaji filsafat secara serius dan meninggalkan data dan historis dalam bentuk tulisan. Maka kajian filsafat di mulai dari bangsa ini.
Secara umum terdapat 3 kajian filsafat Yunani sesuai dengan objek kajiannya yaitu:
a.       Cosmocentris, yang membicarakan segala sesuatu yang menyangkut alam (cosmos= alam).
b.      Theocentris, yang membicarakan Tuhan (theos=tuhan).
c.       Antroposcentris, yang membicarakan tentang manusia (antropos= manusia).

B.  Filsafat Alam
Bagian ini menjelaskan asal usul alam semesta yang jadi pembicaraan awal filsafat Yunani. Pembicaran ini melibatkan 5 filsuf besar dengan sistem pemikiranya yang eksklusif. Para filsuf dan pemikirnya ialah sebagai berikut:
a.      Thales (624-547 SM)
b.      Anaximandros (610-547SM)
c.       Anaximenes (585-528 SM)
d.      Democritos (460-370SM)
e.       Pythagoras
f.       Herakletios (500 SM)
g.      Empedokles
                                            
C.  Filsafat ketuhanan ( Teologi)
Seperti yang dijelaskan pada uraian terdahulu bahwa bidang ini merupakan kajian yang menyakut tuhan kajian ini juga sangat menarik perhatian filsuf Yunani uraian berikut mengetengahkan kajian mereka adapun tokoh-tokoh nya sebagai berikut:
1.      Xenophanes (580-470 SM)
2.      Socrates (w. 399 SM)
3.      Plato
4.      Aristoteles (384-348 SM)
D.  Filsafat Manusia (Antropologi)
Pembicaraan mengenai manusia ini bermula sejak zaman Socrates. Kajian tentang manusia meliputi, asal usul, fungsi dan stuktur manusia. Kajian ini pun melibatkan beberapa filsuf, sebagai berikut:
1.    Kaum Sophits
Term Sophits pada mulanya mengandung arti baik, yaitu seorang yang bijaksana dan biasanya menyampaikan ajaranyan secara berkreliling. Namun sejak abad ke 5 SM, pemaknaan ini mengalami perubahan ke arah negatif. Plato misalnya, menyebut mereka sebagai “pemilik warung yang menjual barang rohani”. Adapun nama tokoh shophits adalah:
a.      Protagoras (481-411 SM)
b.      Gorgias (483-375 SM)
c.       Socrates (wafat 399 SM)
d.      Plato (428-348 SM)
e.       Aristoteles (384-348)

E.  Etika (Moral)
Kajian tentang perbuatan baik dan mana perbuatan buruk, serta apa ukuran apa yang digunakan didalam menentukan baik dan buruk. Pembicaraan ini pun menarik minat para filsuf Yunani. Berikut ini akan diuraikan para filsuf dan pemikirnya.
1.      Epicurus (341-271 SM)
2.      Zeno (340-264 SM)

F.   Idealisme Plato dan Realisme Aristoteles
Kajian lain yang menyangkut dengan alam ialah tentang metafisika, yaitu apakah hakikat segala sesuatu, termasuk mengenai hakikat alam. Terdapat dua aliran yang kelak menjadi sistem pemikiran ekslusif yaitu:
a. Idealisme Plato
Menurut teori ini, segala yang ada di dunia ini telah ada gambaranya (bayanganya) dalam dunia ideal, sehingga dunia empiris tak lebih dari sekar bayangan dari dunia ide tersebut.
b. Realisme Aristoteles
Disebut realisme, karna berpijak pada konsep riil, yaitu materi secara riil. Teori ini di kaitkan dengan Aristoteles, karna menurutnya realitas segala sesuatu itu terdiri dari materi dan bentuk.
Demikian beberapa pemikiran kefilsafatan di dunia Yunani. Apabila di kaji dengan pendekatan perioderasi, maka aneka pemikiran diatas dapat dibagi kepada tiga periode, yaitu:
1.    Pra Socratik, yaitu para filsuf  yang muncul sebelum Socrates. Karena zamannya sangat lama maka di sebut juga dengan zaman Yunani Purba. Kajiannya mencakup alam dan Tuhan dengan tokohnya seperti Thales, Anaximanadros, Anaximenes, Democritos, Anaxagoras, Xenophanes dan lain sebagianya.
2.    Era Sorcatik, yaitu para filsuf yang hidup sezaman dengan Socrates. Kajiannya mencakup Tuhan dan manusia. Tokohnya selain Socrates ialah Gorgias, Protagoras dan lain-lain.
3.    Pasca Socratik, yaitu para filsuf yang muncul setelah Socrates. Kajiannya masih mengenai Tuhan dan manusia dengan kajian yang lebih luas dan mendalam. Dua tokoh terpintangnya ialah Plato dan Aristoteles dengan sistem kefilsafatannya yang varian, yaitu Idealisme Plato dan Realisme Aristoteles
Rangkain uraian diatas menunjukan betapa  filsafat demikian bergema dan dikaji
secara luas, sehingga ada klaim bahwa Yunani tidak hanya tempat lahirnya filsafat melainkan sebagai pemilik filsafat

BAB III

PENUTUPAN


            Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa dan sebagai dasar filsafat negara, pada dasarnya merupakan juga sebagai ideologi bangsa dan negara dan termasuk juga ideologi dinamik atau ideologi terbuka.
Pancasila sebagai hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia yang semula untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka adalah merupakan suatu sistem filsafat ,karena telah memenuhi ciri-ciri pokok filsafat.
            Ideologi merupakan ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikir ( science and ideas ) dalam arti praktis ideologi merupakan kesatuan gagasan-gagasan yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya,baik yang individual maupun yang sosial.
            Pancasila berlaku sebagai pedoman dan acuan dalam menjalankan aktivitas di segala bidang dan arena itu sifatnya  terbuka,luwes,dan fleksibel dan tidak bersifat tertutup maupun kaku yang akan menyebabkan ketinggalan zaman. Maka dalam pengertian pancasila sebagai ideologi terbuka itu mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar dari pancasila dapat di kembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman.
            Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa dan pedoman hidup bangsa yang di dalamnya sudah memuat berbagai macam aspek kehidupan.Oleh karena itu dengan pedoman pancasila ini para pemimpin mampu mengemban tugas ketatanegaraan dan pemerintahan berdasarkan pancasila.Sehingga timbul rasa cinta terhadap tanah air yaitu Indonesia.Bhineka Tunggal Ika ,walaupun berbeda-beda tetap satu jua.





Daftar Pustaka


Dr. Hasan Bakti Nasution M.A, “ Filsafat Umum”, Gaya Media Pratama, Jakarta 2001
http://cecepsuhardiman.blogspot.com/2013/06/pancasila-sebagai-sistem-filsafat.html

http://ai-hendriani.blogspot.com/p/t-pancasila-sebagai-sistem-flsafat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar